Senin, 02 Januari 2012

MAHIPAL Unirow Temukan Kubur Batu Era Megaliticum


Satu lagi jejak prasejarah berhasil ditemukan di Bumi Ronggolawe. Ekspedisi yang dilakukan Mahasiswa Pecinta Alam (Mahipal) Universitas (PGRI) Ronggolawe (Unirow) Tuban beberapa waktu lalu berhasil menyingkap sisa peradaban zaman megalitikum di Desa Sokogunung, Kecamatan Kenduruan.
Sisa peradaban pra-sejarah tersebut berupa kubur batu berukuran 244 cm X 85 cm. ” Kubur batu ini diperkirakan berumur sekitar 1200 tahun sebelum masehi. Menurut arkeolog, zaman itu ditengarai sebagai zaman peradaban batu besar atau megalitikum,” jelas Siti Aisyah, Ketua Team Ekspedisi, Selasa (13/9).


Selain di Desa Sokogunung, ekspedisi yang bersandi Inventarisasi Kearifan Lokal Kawasan Kars atau Operasi Kars ini menemukan tiga lagi situs sejenis di Desa Jamprong dan Kedung Jambangan, kecamatan yang sama. Kondisi empat situs peninggalan ptecanthropus erectus atau homo javanicus (manuisa jawa) itu cukup memprihatinkan: tertimbun semak belukar dan berserakan.
Aisyah menduga kubur batu itu sempat dibongkar hingga beberapa kepingnya rusak dan tidak lagi berada di tempat asalnya. ” Masyarakat sekitar kawasan itu menyebut kubur batu zaman megalitikum tersebut sebagai Kuburan Kalang. Mereka yakin banyak harta karun yang tersimpan, makanya dibongkar dan rusak,” jelas Aisyah.
Hal itu dibenarkan Surono, warga setempat. Ia menuturkan, tumpukan batu menyerupai kuburan tersebut telah ada sejak masa kanak-kanaknya dulu. Masyarakat setempat menganggap di kuburan itu bersemayam “Wong Kalang” yang diyakini sebagai nenek moyang mereka.
” Wong Kalang menurut ceritanya merupakan keturunan Srigala pemburu yang ditugasi menjaga hutan oleh Raja Galuh. Diyakini tulang ekornya panjang, tidak seperti tulang ekor manusia pada umumnya,” kata Surono.
Karena itu masyarakat setempat mengkeramatkannya. Sebagai bentuk penghormatan pada wong kalang yang diyakini leluhurnya itu, masyarakat setempat rutin mengadakan upacara ritual di kuburan batu tersebut tiap tahun.
Tetapi seiring waktu, rutinitas tersebut berangsur surut, dan bahkan nyaris tak pernah lagi dilakukan. Malah tersiar kabar bahwa kubur batu itu sebenarnya tempat menyembunyikan harta bangsawan Majapahit agar tidak dibawa ke Demak. ” Warga pun berlomba-lomba menemukan harta karun itu. Malah ada yang pakai semedi segala. Jadinya ya rusak begini,” kata Surono.
Surono mengaku sangat mendukung usaha Team Mahipal Unirow yang berupaya mengembalikan kubur batu pra prasejarah itu pada kondisi semula. Lempengan batu setebal sekitar 10 cm selebar 58 cm dengan panjang 2 meter lebih yang diduga berfungsi sebagai penutup peti yang telah bergeser sejauh 30 meter dari tempatnya semula, dikembalikan.
Lokasi itupun kemudian diberi tanda larangan merusak. ” Kami berpesan pada warga agar situs ini dijaga. Kalu nggak salah, kuburan kalang ini sudah tercatat dalam data arkeologi Tuban,” kata Edy Thoyibi, Direktur CAGAR yang bertindak sebagai pendamping ahli dalam ekspedisi tersebut.
Edy Thoyibi berharap Pemerintah Kabupaten Tuban segera melakukan koordinasi dengan Perhutani dan Balai Perlindungan Peninggalan Purbakala (BP3) Mojokerto yang berwenang atas situs megalitikum ini. Lokasi situs sendiri berada di kawasan hutan wilayah Rayon Pemangku Hutan (RPH) Sokogunung BKPH Tawaran KPH Kebonharjo, petak 153 dan 156.
Ditemukannya kembali sisa peradaban zaman purba itu, kata Edy Thoyibi, bukan saja bernilai positif bagi arkeologi. Tetapi juga pada alam dn linkungan di sekitarnya. ” Kubur batu ini membuat kawasan hutan di sini wajib dijadikan kawasan konservasi. Bentang kars yang ada juga bisa diselamatkn dari jarahan tangan-tangan industri, terutama industri seman,” jelas Edy Thoyibi

0 komentar:

Posting Komentar